Wednesday, December 17, 2008











Konsep Stres dan adaptasi

Pendahuluan

STRESS

Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari à perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta

JENIS STRESS

Stress fisik
Stress kimiawi
Stress mikrobiologis
Stress fisiologis
Stress proses tumbuh kembang
Stress psikologis atau emosional
Pengalaman stress dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran

Reaksi Psikologis terhadap stress

a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur

b. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang

c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih

RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS

Hans Selye (1956)
Mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap
Stress, yaitu :
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau normal
c. Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian

KONSEP ADAPTASI

Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya.

Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya
Peristiwanya di sebut stressor
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress


—Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
—Ada banyak bentuk adaptasi.
—Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
—Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
—Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

DIMENSI ADAPTASI

—Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

ADAPTASI FISIOLOGIS

—Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.

—Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.

Indikator fisiologis stress

— Kenaikan tekanan darah
— Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
— Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
— Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
—Postur tubuh yang tidak tegap
—Keletihan
— Sakit kepala
— Gangguan lambung
— Suara yang bernada tinggi
— Mual,muntah dan diare.
— Perubahan nafsu makan
— Perubahan berat badan
— Perubahan frekwensi berkemih
— Dilatasi pupil
— Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur


ADAPTASI PSIKOLOGIS

—Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

• Ansietas• Depresi• Kepenatan• Peningkatan penggunaan bahan kimia• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.• Kelelahan mental• Perasaan tidak adekuat• Kehilangan harga diri• Peningkatan kepekaan• Kehilangan motivasi.• Ledakan emosional dan menangis.• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).• Mudah lupa dan pikiran buntu• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.• Preokupasi (mis. mimpi siang hari )• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit• Letargi• Kehilangan minat• Rentan terhadap kecelakaan.

ADAPTASI PERKEMBANGAN

—Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).


—Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).

—Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.

MANAJEMEN STRESS

Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN

—REGULER EXERCISE
—DIET DAN NUTRISI
—SUPPORT SISTEM
—TIME MANAGEMENT
—HUMOR
—ISTIRAHAT
—TEHNIK RELAKSASI
—SPIRITUALITAS

Cara Penyesuaian Diri

Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).

Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya


Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali

CARA PENYESUAIAN DIRI

Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional
Pembelaan ego

  1. Melindungi individu dari kecemasan
  2. Meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan
  3. Menjaga harga diri


CARA PENYESUAIAN DIRI


Berorientasi pada tugas
Misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah


Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang memuaskan

Mekanisme Pembelaan EGO

Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas)

Mekanisme Pembelaan EGO


1.IDENTIFIKASI
ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh :
Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia kagumi.

2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari
identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-
norma dari luar diikuti atau ditaati,
sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar.
Contoh :
Rasa benci atau kecewa terhadap
kematian orang yang dicintai dialihkan
dengan cara menyalahkan diri sendiri.

3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi,
dimana menyalahkan orang lain atas
kelalaian dan kesalahan-kesalahan
atau kekurangan diri sendiri, keinginan
keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh :
Seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba
merayunya

4. REPRESIPenyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar (dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan


5. REGRESIKembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
Contoh :
Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit


6. REACTION FORMATIONBertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.


7. UNDOINGMeniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang


8. DISPLACEMENTMengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya


9. SUBLIMASIMengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat


10. ACTING OUTLangsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar


11. DENIALMenolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan


12. KOMPENSASIMenutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi pendidikannya


13. RASIONALISASIMemberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya buruk.


14. FIKSASIBerhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.


15. SIMBOLISASIMenggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor


16. DISOSIASIPemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)


17. KONVERSIAdalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah

Psikologi

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental

Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah
1.1 Psikologi kontemporer
1.2 Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
2 Fungsi psikologi sebagai ilmu
3 Pendekatan Psikologi
3.1 Pendekatan neurobiologis
3.2 Pendekatan perilaku
3.3 Pendekatan kognitif
3.4 Pendekatan psikoanalisa
3.5 Pendekatan fenomenologi
4 Kajian psikologi
4.1 Psikologi perkembangan
4.2 Psikologi sosial
4.3 Psikologi kepribadian
4.4 Psikologi kognitif
5 Wilayah terapan psikologi
5.1 Psikologi pendidikan
5.2 Psikologi sekolah
5.3 Psikologi industri dan organisasi
5.4 Psikologi kerekayasaan
5.5 Psikologi klinis
5.6 Parapsikologi
6 Salah Kaprah Tentang Psikologi
7 Referensi
8 Lihat pula
9 Pranala luar



Sejarah
Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.




Psikologi kontemporer
Diawali pada abad ke 19, dimana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu:

Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi: berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas: kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya.
Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah ‘asosiasi ide.’ Dimana ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.
Dalam perkembangan ilmu psikologi kemudian, ditandai dengan berdirinya laboratorium psikologi oleh Wundt (1879) Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah (eksperimental) Juga mulai diperkenalkan metode intropeksi, eksperimen, dsb. Beberapa sejarah yang patut dicatat antara lain:

F. Galton > merintis test psikologi.
Charles Darwin > memulai melakukan komparasi dengan binatang.
A. Mesmer > merintis penggunaan hipnosis
Sigmund Freud > merintis psikoanalisa

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.

Laboratorium Wundt
Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

Berdirinya Aliran Psikoanalisa
Berdirinya Aliran Behavioris
Berdirinya Aliran Fenomenologis

Fungsi psikologi sebagai ilmu
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

Menjelaskan
Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
Memprediksikan
Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
Pengendalian
Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

Pendekatan Psikologi
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu


Pendekatan neurobiologis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.


Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.


Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.


Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

Kajian psikologi
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:


Psikologi perkembangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

Psikologi sosial
Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi sosial
bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik

Psikologi kepribadian
Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.


Psikologi kognitif
Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.


Wilayah terapan psikologi
Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.


Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.


Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.


Psikologi industri dan organisasi
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.


Psikologi kerekayasaan
Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).


Psikologi klinis
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.


Parapsikologi
Parapsikologi adalah cabang psikologi yang mencakup studi tentang extra sensory perception, psikokinesis, dan sebagainya [1][2][3]. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari psikologi positif dan psikologi transpersonal[1][4][3]. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah.[1][3]. Kritisisme terhadap parapsikologi [5] dan dukungan terhadap parapsikologi dari American Association for the Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association [6]


Salah Kaprah Tentang Psikologi
Psikologi Bukan Ilmu Pengetahuan
Psikologi telah memiliki syarat untuk dapat berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan terlepas dari Filsafat. (Syarat Ilmu Pengetahuan: Memiliki objek (Tingkah laku), memiliki metode penelitian (sejak laboratorium Wundt didirikan psikologi telah membuktikan memiliki metode ilmiah), sistematis,dan bersifat universal.
Lihat keterangan lebih lanjut dari bahasan ini dalam artikel Kontroversi ilmu psikologi.

Salah penggolongan
Berbagai hal yang berbau kepribadian sering dimasukan kedalam psikologi, semisal: ramalan-ramalan seputar kepribadian (palmistry, chirology, dll.) sehingga terbentuk pandangan tentang psikologi bukanlah ilmu pengetahuan.
Terjebak dengan kata Psikotes
Psikologi bukan hanya psikotes, tetapi inilah bagian dari psikologi yang paling populer di masyarakat. Banyak kalangan yang sinis dengan psikologi karena psikotes, bagaimana psikolog dapat memvonis potensi seseorang dengan hanya serangkaian tes. Sesungguhnya masih banyak metode lain yang dapat digunakan, akan tetapi seringkali metode ini dipilih untuk alasan efisiensi.
Psikologi melakukan dehumanisasi
Kebalikannya, psikologi memandang setiap individu adalah unik, bahkan psikotes dilakukan untuk lebih memahami keunikan dari setiap individu. Justru, kalangan yang menyamaratakan setiap individu secara tidak langsung memvonis manusia adalah robot (dehumanisasi) yang tidak memiliki keunikan satu sama lainnya.

Referensi
^ a b c Aspinwall, L. G., & Staudinger, U. M. (Eds.) (2003). A Psychology of Human Strengths: Fundamental Questions and Future Directions for a Positive Psychology. Washington, DC: American Psychological Association.
^ Kihlstrom, F.J. 2000. Parapsychology. In Kazdin, A,E. Encylopedia of Psychology. Volume 8. Washington DC: American Psychological Association.
^ a b c Tart, C.T. 2004. On the Scientific Foundations of Transpersonal Psychology: Contributions from Parapsychology. The Journal of Transpersonal Psychology. Vol.36. (1). 66-90.
^ Lajoie, H.J., & Shapiro, S.I. 1992. Definitions of Transpersonal Psychology: The First Twenty-Three Years. The Journal of Transpersonal Psychology. Vol.24. (1). 79-98.
^ Parapsychology & Science: Why Do Some Treat Parapsychology as a Science?
^ [http://www.aaas.org/aboutaaas/affiliates/
Atkinson, Pengantar Psikologi. Interaksara, Batam. (2 jilid)
Chaplin, James P., Kamus Lengkap Psikologi. Rajawali Press, Jakarta, 2005. ISBN 979-421-215-6
Sudarsono, Pengantar Kuliah Psikologi Umum, Fak. psikologi Unas Pasim, 2004.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian. Rajawali Press, Jakarta, 1982. ISBN 979-421-044-7

Strategi Coping Pengguna Narkotika dan Obat Terlarang

A. Judul Program

Strategi Coping Pengguna Narkotika dan Obat Terlarang di Kotamadya Surakarta

B. Latar Belakang

Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat dengan perubahan yang terjadi di segala bidang menuntut manusia untuk selalu berfikir dan berprilaku selaras dengan perkembangan tersebut. Seperti halnya yang terjadi di negara kita, Indonesia tercinta ini yag berniat menyejajarkan diri dengan negara-negara berkembang lain. Untuk menyikapi itu maka Indonesia mengalami era keterbukaan arus informasi dan teknologi yang masuk ke indonesi tidak dapat terbendung lagi.
Perubahan yang terjadi di segala bidang seringkali menimbulkan masalah pada diri generasi muda. Kenyataannya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa banyak generasi muda yang mengalami ketergantungan pada obat-obat terlarang atau Narkotika.hal ini merupakan penyebab terjerumusnya mereka kedalam penyalahgunaan Narkotika obat-obatan serta zat-zat adiktif lainnya. Menurut Harianto (1993), yang menjadi penyebab para remaja di Indonesia menggunakan obat-obatan terlarang adalah karena sifat dari remaja yang ingin tau dan ingin mencoba sesuatu yang belum ia ketahui, karena tekanan dari teman sebaya, pertentangan dengan orang tua.
Generasai muda merupakan golongan yang rentang terhadap penyalah gunaan Narkotika dan psikotropika, karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu ingin tau dan ingin mencoba. Dari berbagai media masa dapat diketahui bahwa mereka yang menggunakan narkoba adalah berasal dari kalangan remaja, mahasiswa dan pelajar serta eksekutif muda seperti dalam pemberitaan beberapa media massa bahwa jumlah pelajar yang terjerat Narkotika dan obat-obatan terlarang semakin besar tiap tahun kebanyakan adalah pelajar SLTA dan SLTP, ini dengan ditunjukkannya daftar hitam sekolah-sekolah yang terjangkiti Narkotika dan obat-obatan terlarang serta berdasarkan survei di lapangan ditemukan fakta bahwa hampir 2000 siswa SLTP dan SLTA Jakarta positif menggunakan Narkotika dan seper limanya adalah pengedar ( Gatra, 24 Februari 2006 ). Dan menyikapi masalah obat-obatan terlarang ini pemerintah berserta aparat keamanan dan masyarakat secara tegas menyatakan perang terhadap para pengedar, pemakai dan semuanya yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang ini. Dibentuknya BNN ( Badan Narkotika Nasional ) dan unit Restik ( Reserse Narkotika ) di jajaran kepolisian dan gerakan nasional anti Narkotika sebagai wujud nyata dari sikap tegas tersebut, dibentuknya lembaga-lembaga tersebut untuk mengantisipasi serta memberantas peredaran Narkotika yang menyebabkan dampak meningkatnya kriminalitas sebagai akibat dari pemakaian Narkotika, ini terungkap dalam satu kasus kriminalitas dimana seorang adik tega membunuh kakaknya dengan sebilah pedang hanya gara-gara kakak tidak mau dimintai uang saat adik sedang ketagihan, keduanya warga kramat Jakarta ( Media Indonesia, 27 Mei 2006 ). Berbagai peristiwa diatas sangat meprihatinkan kita semua. Bersamaan dengan hal ini maka berdirilah lembaga rehabilitasi Narkotika yang bertujuan membina dan menyembuhkan para korban obat-obatan terlarang. Dalam proses rehabilitasi Narkotika itu semua dikembaliakan kepada para korban Narkotika, apakah memiliki keinginan untuk sembuh dan hidup normal kembali atau sebaliknya. Dalam hal ini akan kelihatan adanya kemampuan individu dalam menghadapi masalah, tekanan dan tantangan yang dihadapi yang oleh Lazarus (1976) disebut sebagai Coping behaviour yang disebut juga strategi Coping.
Secara umum Coping diatikan sebagai tuntutan baik eksternal maupun internal yang timbul akibat situasi yang mengancam. Strategi Coping tidak hanya meliputi bentuk-bentuk dorongan dan cara-cara menghadapi masalah yang tidak realistis dan diluar kesadaran individu. Mulai dari bentuk usaha dalam menghadapi masalah-masalah secara positif, patologis dan tidak evektif. Meraka dapat menggunakan strategi mana yang dianggap paling sesuai dengan masalah yang ada. Menurut Lazarus (1976) Coping dibedakan atas dua bentuk yaitu bentuk direck action dan bentuk palliation. Direck action atau tingkah laku langsung adalah mengatasi masalah dengan cara melakukan sesuatu untuk menghadapi masalah, sedang pallition adalah tingkah laku pertahanan diri yang disebut defense mechanism atau bentuk defensif.

C. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengapa para pengguna Narkotika dan obat-obat terlarang melakukan strategi Coping ?
2. Bagaimana jenis-jenis masalah strategi Coping yang dilakukan oleh pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi Coping pada pengguna Narkotika dan obat terlarang ?

D. Tujuan Program

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang yang melakukan strategi Coping.
2. Mengetahui jenis-jenis strategi Coping yang dilakukan oleh pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang.
3. Mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi Coping tersebut.


E. Luaran Yang Diharapkan

Luaran yang diharapakan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk strategi Coping yang digunakan pengguna Narkotika dan obat-obat terlarang, beserta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi Coping tersebut. Memberikan informasi kepada lembaga rehabilitasi Narkotika dan obat-obatan terlarang dalam meningkatkan kualitas dalam pembinaan.

F. Kegunaan Program

1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga rehabilitasi Narkotika dan obat-obatan terlarang dalam meningkatkan kualitas pembinaan maupun kuantitasnya.
2. Untuk mencari titik temu antara ilmu pengetahuan yang bersifat teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.
3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penyusun khususnya dan masyarakat pada umumnya, yang berkaitan dengan obat-obatan terlarang.

G. Tinjuan Pustaka

A. Strategi Coping

1. Pengertian srategi coping

Menurut Roter (Anwar, 1993) bagaimana idividu menilai situasi yang dihadapi dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian. Selanjutnya dimisalkan bahwa individu dengan pusat pengendali internal akan cenderung menghadapi situasi yang bersumber pada dirinya sendiri. Sebaliknya individu dengan pusat pengendali ekternal akan cenderung menganggap bahwa setiap keadaan yang dihadapi sebagai akibat dari luar dirinya. Semakin kabur informasi yang diterima mengenai suatu hal, akan semakin jelas pengaruh karakteristik kepribadian terhadap penilaian individu pada situasi yang dihadapi. Ada dua penilaian yang mendahului munculnya strategi individu yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder. Melalui penilaian primer, individu akan menilai tingkat ancaman permasalahan terhadap dirinya. Dalam penilaian sekunder, individu akan menilai potensi dirinya untuk menghadapi masalah yang dinilai mengancam dirinya. Selanjutnya individu akan memunculkan suatu strategi tertentu untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Pestonjee (1992), coping memiliki tiga efek, yaitu secara psikis, sosial dan fisik, adapun secara psikis, coping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif. Sedangkan secara sosial coping memberikan pengaruh pada fungsi seperti keberadaan di dalam lingkungan dan sosialisasi serta hubungan interpersonal, secara fisik dampak coping tidak terlalu besar yaitu sekitar perkembangan dan kemajuan suatu penyakit.
Newman (1997), mengaitkan coping dengan tahap-tahap perkembangan. Mereka berpendapat bahwa coping tidak hanya mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi ancaman, akan tetapi coping dapat dimengerti sebagai tingkah laku yang mengikuti perkembangan dan pertumbuhan individu. Disini ada pandangan bahwa tingkah laku coping sebagai usaha yang aktif untuk menghadapi stress dan membuat solusi-solusi baru guna menghadapi tantangan dari tiap-tiap tahap perkembangan dan konfrontasi antara individu dengan lingkungan yang dihadapi sebagai komponen paling penting dalam coping.


2. Jenis-jenis strategi coping
Pada dasarnya strategi coping untuk mengatur stress dapat dimasukan dalam dua dimensi umum yang terpisah satu sama lain, yaitu:
a. Maninfestasi coping. Maninfestasi coping dimana cara coping dapat dibagi menjadi strategi kognitif dan behavioural. Teknik coping kognitif adalah percobaan intrapsikis untuk menghadapi situasi stess dan konsekuensinya, sedangkan coping behavioural terjadi dari tindakan-tindakan nyata untuk mengatasi stress.
b. Fokus coping. Fokus coping dapat dibadakan menurut sasaran dari strategi coping, yaitu coping yang difokuskan pada problem dan coping yang difokuskan pada emosi. Coping yang difokuskan pada problem terutama dilakukan untuk memodifikasi hubungan antar situasi dan person, yang menimbulkan stress. Fokus emosi meliputi usaha untuk mengatur gangguan emosi yang disebabkan oleh stressor. fungsi tingkah laku dibedakan menjadi dua yaitu coping tepusat pada masalah (Problem Focused Coping/PFC) dan terpusat pada emosi (Emotion Focused Coping/EFC).PFC adalah usaha untuk mengurangi stress yang dirasakannya dengan mengahadapi masalah yang menimbulkannya secara langsung, sedangkan EFC adalah usaha individu untuk mengurangi stress dengan cara mempertimbangkan masalah afeksinya (Folkman dan Lazarus, 1985).
Lazarus dan Folkman (dalam Aldwin dan Revenson, 1987), mengemukakan bahwa coping terdiri dari strategi yang bersifat kognitif dan behavioural. Strategi tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu strategi yang digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stress (problem focused coping) dan strategi coping untuk mengatasi emosi negatif yang menyertainya (emotion focused coping).
Menurut Billing dan Moos ( dalam Robiah, 1999), serta Pearlin dan Schooler (1978) strategi coping yang termasuk dalam problem focused coping dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Information seeking (pencarian informasi) yang meliputi usaha untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan masalah yang ada serta orang lain yang dapat bertukar pikiran dan membantu menyelesaikan masalah.
b. Problem solving (pemecahan masalah), yang meliputi usaha untuk memikirkan dan mempertahankan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan dengan atau melakukan tindakan tertentu yang lebih tertuju pada cara-cara penyelesaian masalah langsung.
Aldwin dan Reveson (1987), mengemukakan tiga macam strategi coping yang termasuk dalam problem focused coping yaitu:
a. Controlless (kahati-hatian), yaitu individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa aternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan orang lain tentang masalah yang dihadapinya, bersikap kehati-hatian sebelum melakukan sesuatu.
b. Instrumental action (tindakan instrumental), yang meliputi tindakan individu yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun langkah-langkah apa yang akan dilakukan.
c. Negotiation (negosiasi) yaitu usaha-usaha yang ditunjukkan kepada orang lain yang terlibat atau menjadi penyebab masalah yang dihadapinya untuk ikut serta memikirkannya atau menyelasaikan masalahnya.


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping

Setiap orang akan mereaksi situasi yang sama dalam bentuk yang berbeda-beda dan dengan beberapa cara. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping antara lain:
a. Jenis kelamin.
b. Umur dan perkembangan.
c. Tingkat pendidikan.
d. Stress dan kecamasan.
e. Situasi.
f. Persepsi, Intelektual dan kesehatan.
g. Situasi sosial ekonomi
Handayani (2000), dalam sekripsi kesarjanaannya menambahkan pula faktor-faktor yang berperan dalam strategi menghadapi masalah, antara lain:
a. Konflik dan stress.
b. Jenis pekerjaan.

B. Pengguna Narkotika Dan Obat Terlarang

1. Pengertian Pengguna Narkotika Dan Obat Terlarang

Yang dimaksud dengan pengguna Narkotika dan obat terlarang adalah pemakai narkoba secara tetap dan bukan untuk tujuan pengobatan atau digunakan tanpa mengikuti aturan takaran yang seharusnya (Yatim dalam Hawari, 1996). Menurut Joewono (1996), pengguna Narkotika dan obat terlarng adalah individu yang menggunakan Narkotika dan obat terlarang dalam jumlah berlebihan, secara berkala atau terus menerus berlangsung cukup lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial.
Menurut Simanjuntak (1996) dalam mencari sebab timbulnya perbuatan jahat, sebab yang tunggal atau unilateral pada dasarnya tidak ada, sebab-sebab itu beraneka ragam satu sama lain berkaitan. Secara garis besar sebab yang menimbulkan perbuatan jahat individu terletak dalam dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Hawari (1996) pengguna Narkotika dan obat terlarang adalah individu yang mengalami gangguan jiwa yaitu gangguan kepribadian, kecemasan dan depresi, sedangkan penyalahgunaan Narkotika dan obat terlarang merupakan perkembangan lebih lanjut dari gangguan jiwa tersebut.

2. faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba

Faktor Intern
1. Personalitiy (kepribadian)
2. Intelegensi Quotient (IQ)
3. Kedudukan individu dalam keluarga
Faktor Extern
1. Lingkungan keluarga
2. Dishasmonisasi keluarga
3. Kurang pendidikan agama

3. Narkotika Dan Obat Terlarang

Narkotika dan obat terlarang yamg dilarang penyalahgunaannya oleh hukum dan pemerintah karena merugikan kesahatan serta memicu tingginya angka kriminalitas, antara lain:
a. Ecstasy
b. Heroin dan Opiat
c. Kokain
d. Amfetamin dan stimulasi lainnya
e. Kannabis
f. LSD (Lysergic Acid Dietthllamide)
g. Hipnasedatif
h. Minor Traquilliser

4. Dampak Penyalahgunaan Obat Terlarang

Berbagai dampak atau akibat yang ditimbulkan sebagai akibat dari penyalahgunaan Narkotika dan obat terlarang menurut Hawari (1996) antara lain:
a. ketergantungan fisik/jasmaniah (physical dependence) adalah suatu lama. keadaan yang ditandai oleh gangguan jasmaniah yang hebat apabila pemberian suatu obat dihentikan, keadaan ini timbul sebagai akibat hasil penyesuaian diri terhadap adanya obat dalam tubuh secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
b. Keutungan psikis/psikologis (psychological dependence) adalah suatu keadaan dimana suatu obat menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk memakai lagi secara terus menerus atau secara berkala sehingga diperoleh kesenangan/kepuasan.
Tanda-tanda umum orang yang menyalahgunakaan obat-obat terlarang antara lain:
a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.
b. Sering membolos, menurunkan disiplin dan nilai-nilai pelajaran
c. Menjadi mudah tersinggung, suka marah-marah sering menguap dan mengantuk, malas, tidak mempedulikan hygiene dan lain-lain
d. Suka mencuri yang dimulai dengan barang-barang kecil untuk membiayai obat-obat terlarang
e. Selalu memakai baju lengan panjang untuk menyembunyikan luka suntikan pada lengannya dan suka memakai kaca mata hitam untuk menyembunyikan perubahan wajah/ekspresi atau menghilangi/melindungi sinar tajam pada pupil matanya akibat penyalahgunaan obat-obat terlarang.

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah diskriftif kuallitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati (Moleong, 1990:3)

2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (arikunto, 1988: 99). Objek penelitian ini adalah pengguna Narkotika dan obat-obat terlarang yang berdomisili di Kotamadya Surakarta dan sekitarnya.

3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Kotamadya Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.

4. Sumber Data Dan Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah mengambil sampel sebanyak empat orang, karena sudah dianggap bahwa sampel sejumlah itu sudah mewakili komunitas pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang. Sampel sejumlah empat orang dimana subjek penelitian adalah sebagai berikut:
a. Usia 20-25 tahun
b. Pria
c. Pendidikan minimal SMA
d. Berdomisili di Kotamadya Surakarta dan sekitarnya
5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur, kuesioner, dan observasi partisipan. Wawancara tersruktur adalah wawancara yang mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden (Moelong, 1989:153). Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang berbentuk pertanyaan yang harus dijawab atau diisi oleh responden dibawah pengawasan peneliti (Busono, 1988:74). Adapun observasi partisipan adalah metode penelitian untuk mengumpulkan data yang dicirikan adanya interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti.

6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu telaah sistematis atau catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data (Faisal, 1982:133).

7. Teknik Penyajian Data
Teknik penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal merupakan metode penyajian data berupa perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145).


Daftar Pustaka

Astuti, F. D.2001. Hubungan Antara Asertivitas dengan Prestasi Kerja Karyawan. Skipsi (Tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Darwin, F. W. 1990. Pemilihan Strategi Coping Berdasarkan tipe Kepribadian A dan B, Locus Of Control Serta Tingkat Intensivitas Stess. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Darojat , Z . 1977 . Makalah . ecstasy dan Permasalahannya , Yogyakarta . Srawung ilmiah IKIP Hlm. 1
Haryanto , 1993, Terapi Korban Penyalah Gunaan Narkotika dengan Pendekatan Agama (studi kasus di pondok pesantren surabaya). Laporan Penelitian Fakultas Psikologi UGM . Yogyakarta.
Hawari , D . 1996. Al-Quran : Ilmu Kedokteran dan Kesehatan jiwa. Yogyakarta.
Istono , M . 1999. Hubungan Antara Tipe Kepribadian hardinass dan Kecenderungan Menggunakan Program Focussed Coping Pada Wiraniaga. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Joewono ,s . 1976. Gangguan penggunaan Zat . Jakarta : Gramedia.
Kusumawardani , R . A .1998. Perbedaan Strategi Coping Dilihat Dari tingkat pendidikan dan Peran Jenis kelamin. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi UMS
Lazarus , R, S . 1976. Pattern Of Adjusment. New York : MC Gronce Hill.
Lincoln , Y . S , And Egon, G.G.1985. Naturalistic Inquiry Beverly Hills : Sage Publication.
Mursidi,A . 1996. Makalah Ecstasy dan Permasalahannya. Yogyakarta : Srawing Ilmiah IKIP.
Moleong, L . J . 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rusda Karya.
Nasution , S . 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Pearlin , L , A , and Schooler,C.1987. The Structure Of Coping. Journal of Health and Social Behaviour . 2, No.19. P : 2-21.
Pestonjee , DM. 1992. Stress and Coping (The indian experience). New Delhi : Sage Publication India Pvt. Ltd.
Robi’ah , N . 1992. Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan dan Penyesuaian Diri dengan Strategi Coping pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan) Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.
Simanjuntak ,B . 1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja . Bandung : Alumni.
Sasmita , R . A.1983. Problema Kenakalan Anak-anak Remaja. Bandung : Armicio.
Zamindari , V . 1999. Hubungan Antara Efikasi diri dengan Focused Coping dalam Menghadapi Masalah. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta : Fakultas psikologi UGM.
Widodo , E dan Mukhtar.2000. Kontruksi ke arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta : anyrous.
Gatra , Mayoritas Pemakai Narkoba Murid SLTP dan SLTA : 24 Februari 2006.
Media Indonesia , Tragedi Pembunuhan Gara-gara Narkoba : 21 Mei 2006.